&
1.
Koloid
Sol
A. Pembagian Koloid Sol
Seperti yang telah dijelaskan, sol
merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya merupakan zat padat. Berdasarkan
medium pendispersinya, sol dapat dibagi menjadi:
1.
Sol
Padat
Sol padat merupakan sol di
dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah paduan logam, gelas berwarna,
dan intan hitam.
2.
Sol Cair (Sol)
Sol cair merupakan sol di
dalam medium pendispersi cair. Contohnya adalah cat, tinta, tepung dalam air,
tanah liat, dll.
3.
Sol Gas (Aerosol Padat)
Sol
gas merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah debu di
udara, asap pembakaran, dll.
B. Sifat-Sifat Koloid
Sol
1.
Efek
Tyndall
Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh
karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall
adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan
sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka
larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem
koloid (gambar kanan), cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2.
Gerak
Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat
bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan
zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan
pada penjelasan berikut:
Partikel-partikel suatu zat senantiasa
bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas,
atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk system koloid
dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil,
maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin
kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula,
semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi.
Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak
ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak
Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka semakin
besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya.
Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin
cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka gerak
Brown semakin lambat.
3.
Adsorpsi
koloid
Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka
pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada permukaan
zat padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi.
Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel
ke dalam sol padat bukan di atas permukaannya, melainkan di dalam sol padat
tersebut.
Partikel
koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada
permukaannya, baik partikel netral atau
bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai permukaan yang sangat luas.
4.
Muatan
Koloid Sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid
pasti mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh
karena muatannya sejenis, maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel
koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak mau bergabung
sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Namun demikian, system
koloid secara keseluruhan bersifat netral karena partikel-partikel koloid yang
bermuatan ini akan menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dalam medium
pendispersinya.
Sifat-Sifat
|
Sol Liofil
|
Sol Liofob
|
Pembuatan
|
Dapat
dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium
terdispersinya
|
Tidak
dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
|
Muatan
partikel
|
Mempunyai
muatan yang kecil atau tidak bermuatan
|
Memiliki
muatan positif atau negative
|
Adsorpsi
medium pendispersi
|
Partikel-partikel
sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/
hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di
sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling
bergabung
|
Partikel-partikel
sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel
diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
|
Viskositas
(kekentalan)
|
Viskositas
sol liofil > viskositas medium pendispersi
|
Viskositas
sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
|
Penggumpalan
|
Tidak
mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
|
Mudah
menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan.
|
Sifat
reversibel
|
Reversibel,
artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi,
kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium
pendispersinya.
|
Irreversibel
artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
|
Efek
Tyndall
|
Memberikan
efek Tyndall yang lemah
|
Memberikan
efek Tyndall yang jelas
|
Migrasi
dalam medan listrik
|
Dapat
bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali
|
Akan
bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
|
C. Pembuatan Koloid Sol
Ada dua dasar metode pembuatan koloid sol, yaitu metode kondensasi dan metode
dispersi.
1. Metode Kondensasi
Metode
di mana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk
partikel-partikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan penggabungan partikel-partikel
larutan (atom, ion). Hal ini dilakukan melalui beberapa reaksi kimia, yaitu
dekomposisi rangkap, hidrolisis, redoks, dan penggantian pelarut.
2. Metode Dispersi
Metode
di mana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran
koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Caranya dapat berupa cara
mekanik maupun peptisasi
D. Pemurnian Koloid Sol
Partikel
dari zat pelarut bisa mengganggu kestabilan koloid sehingga harus dimurnikan.
Ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu dialisis, elektrodialisis, dan
penyaring ultra.
1. Dialisis
Pergerakan ion-ion dan molekul kecil melalui selaput semipermeabel (yang tidak
dapat dilalui partikel koloid) disebut diasis. Percobaannya dengan menaruh
sistem koloid pada selaput semipermeabel, lalu menaruhnya di air. Zat yang
terlarut di dalam air kemudian akan keluar dari selaput itu, sedangkan system
koloid tidak. Lalu air dialirkan sehingga mengambil zat-zat yang terlarut.
2. Elektrodialisis
Elektrodialisis
merupakan proses dialisis di bawah pengaruh medan listrik.
Listrik tegangan tinggi
dialirkan melalui 2 layar logam yang menyokong selaput semipermeabel. Kemudian,
partikel-partikel zat terlarut dalam system koloid berupa ion-ion akan bergerak
menuju electrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik
pempercepat proses pemurnian.
3. Penyaring Ultra
Apabila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran
pori-pori akan berkurang. Kertas saring ini telah dimodifikasi menjadi
penyaring ultra.
Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya
merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat
dibagi menjadi:
1.
Emulsi
Gas (Aerosol Cair)
Emulsi
gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas.
Aerosol cair seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk system koloid dengan
bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat seperti
sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown.
2.
Emulsi Cair
Emulsi
cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan
campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu
zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air
dan zat lainnya seperti minyak.
Sifat emulsi cair yang
penting ialah:
·
Demulsifikasi
Kestabilan
emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan
perusakan zat pengelmusi.
·
Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium
pendispersinya.
·
Emulsi Padat atau Gel
Gel
merupakan emulsi didalam
medium pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap terbentuk akibat penggumpalan
sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini, partikel-partikel sol akan bergabung
membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini kemudian akan saling bertaut
sehingga terbentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair
terperangkap dalam lubung-lubang struktur tersebut.
Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi:
ü
Gel
elastis
Gel
yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi
gaya dan kembali ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan
gelatin.
ü
Gel
non-elastis
Gel
yang bersifat tidak elastis, artinya tidak berubah jika diberi
gaya. Contoh adalah gel silika.
Buih merupakan koloid dimana
fase terdispersinya merupakan gas. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya,
buih dapat dibagi menjadi:
Ø Buih
Cair (Buih)
Buih cair adalah system dengan
fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat cair. Biasanya fase terdispersi
gas berupa udara atau CO2. Kestabilan
buih diperoleh karena adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorpsi
ke daerah antar fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh
kestabilan. Contohnya adalah buih yang dihasilkan alat pemadam kebakaran dan
kocokan putih telur.
Sifat-sifat buih cair
ialah:
Struktur
buih cair berubah dengan waktu karena drainase (pemisahan medium pendispersi)
akibat kerapatan fas dan zat cair yang jauh berbeda, rusaknya film antara dua
gelembung gas, dan ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi.Struktur
buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar.
Ø Buih
Padat
Buih padat adalah
sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat padat.
Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan). Beberapa buih
padat yang kita kenal adalah roti, styrofoam, batu apung,dll.
Sebagai
catatan, tidak terdapat buih gas, dimana medium pendispersi dan fase
terdispersi sama-sama berupa gas. Hal itu karena campuran dari keduanya
tergolong sebagai larutan.
Pengelompokan
Polimer
&
Kegunaannya
A.
Cara Mengelompokkan
Polimer
Dari berbagai jenis polimer yang banyak kita jumpai,
polimer dapat digolongkan berdasarkan asalnya, pembuatannya, jenis monomer,
sifatnya terhadap panas dan reaksi pembentukannya.
I. Penggolongan
polimer berdasarkan asalnya
Berdasarkan
asalnya, polimer dapat dibedakan atas polimer alam dan polimer sintesis.
a.
Polimer Alam
Polimer alam
adalah polimer yang terdapat di alam dan berasal dari makhluk hidup. Contoh
polimer alam dapat dilihat pada table di bawah ini
No
|
Polimer
|
Monomer
|
Polimerisasi
|
Contoh
|
1.
|
Pati/amilum
|
Glukosa
|
Kondensasi
|
Biji-bijian,
akar umbi
|
2.
|
Selulosa
|
Glukosa
|
Kondensasi
|
Sayur,
Kayu, Kapas
|
3.
|
Protein
|
Asam
amino
|
Kondensasi
|
Susu,
daging, telur, wol, sutera
|
4.
|
Asam
nukleat
|
Nukleotida
|
Kondensasi
|
Molekul
DNA dan RNA (sel)
|
5.
|
Karet
alam
|
Isoprena
|
Adisi
|
Getah
pohon karet
|
Sifat-sifat
polimer alam kurang menguntungkan. Contohnya, karet alam kadang-kadang cepat
rusak, tidak elastis, dan berombak. Hal tersebut dapat terjadi karena karet
alamtidak tahan terhadap minyak bensin atau minyak tanah serta lama terbuka di
udara. Contoh lain, sutera dan wol merupakan senyawa protein bahan makanan
bakteri, sehingga wol dan sutera cepat rusak. Umumnya polimer alam mempunyai sifat
hidrofilik (suka air), sukar dilebur dan sukar dicetak, sehingga sangat sukar
mengembangkan fungsi polimer alam untuk tujuan-tujuan yang lebih luas dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari.
- Polimer Sintesis
Polimer sintesis atau polimer buatan adalah polimer
yang tidak terdapat di alam dan harus dibuat oleh manusia. Sampai saat ini,
para ahli kimia polimer telah melakukan penelitian struktur molekul alam guna
mengembangkan polimer sintesisnya. Dari hasil penelitian tersebut dihasilkan
polimer sintesis yang dapat dirancang sifat-sifatnya, seperti tinggi rendahnya
titik lebur, kelenturan dan kekerasannya, serta ketahanannya terhadap zat
kimia. Tujuannya, agar diperoleh polimer sintesis yang penggunaannya sesuai
yang diharapkan. Polimer sintesis yang telah dikembangkan guna kepentingan
komersil, misalnya pembentukan serat untuk benang kain dan produksi ban yang
elastisterhadap jalan raya. Ahli kimia saat ini sudah berhasil mengembangkan
beratus-ratus jenis polimer sintesis untuk tujuan yang lebih luas. Contoh
polimer sintesis dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No
|
Polimer
|
Monomer
|
Terdapat pada
|
1.
|
Polietena
|
Etena
|
Kantung, kabel plastik
|
2.
|
Polipropena
|
Propena
|
Tali, karung, botol plastik
|
3.
|
PVC
|
Vinil klorida
|
Pipa paralon, pelapis lantai
|
4.
|
Polivinil alcohol
|
Vinil alcohol
|
Bak air
|
5.
|
Teflon
|
Tetrafluoroetena
|
Wajan atau panci anti lengket
|
6.
|
Dakron
|
Metil
tereftalat dan etilena glikol
|
Pipa
rekam magnetik, kain atau tekstil (wol sintetis)
|
7.
|
Nilon
|
Asam
adipat dan heksametilena diamin
|
Tekstil
|
8.
|
Polibutadiena
|
Butadiena
|
Ban
motor
|
9.
|
Poliester
|
Ester
dan etilena glikol
|
Ban
mobil
|
10.
|
Melamin
|
Fenol
formaldehida
|
Piring
dan gelas melamin
|
11.
|
Epoksi
resin
|
Metoksi
benzena dan alcohol sekunder
|
Penyalut
cat (cat epoksi)
|
II. Penggolongan Polimer Berdasarkan Proses Pembentukannya
Reaksi pembentukan polimer
dinamakan polimerisasi, jadi reaksi polimerisasi adalah reaksi penggabungan
molekul-molekul kecil (monomer) membentuk molekul yang besar (polimer). Ada dua
jenis polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.
v
Polimer adisi
Seperti yang telah kita ketahui,
bahwa reaksi adisi adalah reaksi pemecahan ikatan rangkap menjadi ikatan
tunggal sehingga ada atom yang bertambah di dalam senyawa yang terbentuk. Jadi,
polimerisasi adisi adalah reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer yang
berikatan rangkap (ikatan tak jenuh). Pada reaksi ini monomer membuka ikatan
rangkapnya lalu berikatan dengan monomer lain sehingga menghasilkan polimer
yang berikatan tunggal (ikatan jenuh). Artinya, monomer pembentuk polimer adisi
adalah senyawa yang ikatan karbon berikatan rangkap seperti alkena, sterina,
dan haloalkena. Polimer adisi ini biasanya identik dengan plastik, karena
hampir semua plastik dibuat dengan polimerisasi adisi. Misalnya polietena,
polipropena, polivinil klorida, teflon dan poliisoprena.
Berikut
beberapa contoh pembentukannya :
a.
Pembentukan polietena (polietilena) dari etena
(etilena)
O2
nCH2 =
CH2 - (CH2 - CH2)n
-
etena
tegangan tinggi
polietena
b.
Pembentuka teflon dari tetrafluoro etena
nCF2 = CF2 - (CF2 - CF2)n
–
tetrafluoroetena
politetraetilena (teflon)
c.
Pembentukan polivinil dari isoprena
(2-metil-1,3-butadiena)
nCH2 = CH2 - (CH2 - CH)n
–
Cl Cl
d.
Pembentukan polisoprena dari isoprena
(2-metil-1,3-butadiena)
CH3 CH3
nH2C = C –
CH = CH2 - (HC =
C - CH
= CH)n -
Pada pembentukan poliisoprena, mula-mula kedua
ikatan rangkap dari nomor 1 dan C nomor 3 terbuka, kemudian ikatan tunggal dari
C nomor 2 dan C nomor 3 membentuk ikatan rangkap. Dari contoh-contoh reaksi di
atas, dapat disimpulkan bahwa pada polimerisasi adisi tidak terbentuk hasil
samping dan monomernya harus mengandung ikatan rangkap
v Polimer kondensasi
Kondensasi merupakan reaksi
penggabungab gugus-gugus fungsi antara kedua monomernya. Artinya, polimerisasi
kondensasi adalah reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer yang
mempunyai dua gugus fungsi. Misalnya, senyawa polipeptida atau protein dan
polisakarida merupakan senyawa biomolekul yang dibentuk oleh reaksi
polimerisasi kondensasi. Berikut beberapa contoh pembentukan polimerisasi
kondensasi :
a)
Pembentukan nilon
Nilon
merupakan suatu polimer yang ditemukan oleh Wallace Hume Carothers di tahun 1934 sewaktu bekerja di perusahaan
Du Pont. Polimer nilon dibentuk dari monomer asam 6-aminoheksanoat (HOOCCH2(CH2)3CH2NH2).
Dalam polimerisasi ini, gugus karboksil dari monomer berikatan dengan gugus
amino dari monomer tersebut.
b)
Pembentukan
polyester (polietilena tereftalat) atau dakron
Sama halnya pada nilon-66, polyester/dakron dibentuk oleh 2
polimer berlainan, yaitu dari etilena glikol (polialkohol) dengan dimetil
tereftalat (senyawa ester).
III. Penggolongan polimer berdasarkan jenis
monomernya
Homopolimer
Homopolimer adalah polimer yg monomernya sejenis.
Cont,selulosa dan protein.
(-P-P-P-P-P-P-P-P-)n
Pada polimer adisi homopolimer,
ikatan rangkapnya terbuka lalu berikatan membentuk polimer yang berikatan
tunggal.
Kopolimer
Kopolimer atau disebut juga heteropolimer adalah
polimer yang monomernya tidak sejenis. Contoh dakron, nilon-66, melamin (fenol
formaldehida). Proses pembentukan polimer berlangsung dengan suhu dan tekanan
tinggi atau dibantu dengan katalis, namun tanpa katalis strukyur molekul yang
terbentuk tidak beraturan. Jadi, fungsi katalis adalah untuk mengendalikan
proses pembentukan striktur molekul polimer agar lebih teratur sehingga
sifat-sifat polimer yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Contoh
struktur rantai molekul polimer tidak beraturan 9produk polimerisasi tanpa
katalis) adalah sebagai berikut :
(-P-S-S-P-P-S-S-S-P-S-P-)n
Kopolimer tidak beraturan
Pada
proses pembentukan polimer yang digunakan katalis, struktur molekul yang
terbentuk akan beraturan. Contoh struktur rantai molekul polimer teratur
(produk polimerisasi dengan katalis) adalah sebagai berikut :
Sistem blok : Sistem berseling :
(-P-P-P-S-S-S-P-P-P-S-S-S-)n (-P-S-P-S-P-S-P-S-P-S-P-S-P-)n
Kopolimer blok Kopolimer berselin
IV. Penggolongan polimer berdasarkan sifatnya terhadap panas
Berdasarkan sifatnya terhadap panas,
polimer dapat dibedakan atas polimer
termoplas (tidak tahan panas, seperti plastik) dan polimer termosting (tahan panas, seperti melamin).
¨
Polimer Termoplas
Polimer termoplas adalah polimer
yang tidak tahan panas. Polimer tersebut apabila dipanaskan akan meleleh
(melunak), dan dapat dilebur untuk dicetak kembali (didaur ulang). Contohnya
polietilene, polipropilena, dan PVC.
¨
Polimer Termosting
Polimer termosting adalah polimer
yang tahan panas. Polimer tersebut apabila dipanaskan tidak akan meleleh (sukar
melunak), dan sukar didaur ulang. Contohnya melamin dan bakelit.
B. Polimer
Buatan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti banyak
menggunakan polimer buatan. Berikut ini beberapa contoh polimer buatan di
sekitar kita:
- Karet Sintetis
Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan akan ban mobil dan motor, ahli-ahli kimia organic telah mengembangkan
pembuatan karet sintetis untuk mempercepat perolehan kebutuhan tersebut.
Karet-karet sintetis tersebut dibuat
dengan menggunakan bahan dasar monomer, seperti butadiene dan stirena denganm
cara kopolimerisasi.
Polibutadiena-stirena disebut juga
dengan Buna atau nama dagangnya SBR
(stirena-butadiena rubber). Ada dua jenis Buna, yaitu Buna-N dan Buna-S. tidak
seperti polimer lain yang monomernya 1:1, pada Buna-N perbandingan antara
1,3-butadiena dan stirena adalah 3:1, sedangkan Buna-S perbandingan antara
1,3-butadiena dan stirena adalah 7:3. polimer tersebutb merupakan karet
sintetis yang kuat hamper menyamai karet alam karena resisten oksidasi dan
abrasi dibandingkan karet alam. SBR mengandung ikatan rangkap dan dapat di cross-linked kan dengan sulfur dengan
proses vulkanisasi. Saat ini Buna banyak digunakan sebagai ban mobil.
Jika karet yang divulkanisasi ini
diregangkan, jembatan belerang menahan rantai-rantai polimer sehingga tidak
mudah putus, kemudian karet tersebut akan kembali pada bentuk semula setelah
meregang. Karet sintetis lain adalah neoprene yang berasal dari monomer
kloropropena, polibutadiena, dan Thiokol.
- Serat Sintetis
Kapas merupakan serat alam yang
merupakan polimer dari karbohidrat (selulosa), dan polimer dari protein (wol
dan sutera). Seperti halnya karet, serat memiliki polimer sintetis, yaitu nilon
dan poliester (dakron).
Dakron atau tetoron merupakan
polyester. Polimer ini yang sangat kuat, sangat lentur dan transparan. Polimer
ini juga digunakan untuk membuat sintetis dan membuat lembaran film tipis yang
dalam perdagangan disebut mylar. Mylar banyak digunakan untuk pita rekam
magnetic dan untuk membuat gelembung balon yang dimanfaatkan dalam penelitian
cuaca di atmosfer.
Nilon-66 merupakan serat polimer
yang titik leburnya tinggi. Disebut nilon-66 karena polimernya tersususn dari
enam atom C dari 1,6-heksametilena diamina dan enam atom C dari molekul asam
1,6 heksanadioat. Nilon-66 digunakan untuk serat kain.
- Orlon
Orlon merupakan polimer adisi dari
monomer akrilonitril. Polimer ini merupakan serat sintetis, seperti wol
digunakan dalam tekstil sebagai campuran wol, karpet, dan kaus kaki.
- Plastik
Plastik merupakan polimer sintetis
yang paling populer karena banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan jenis monomernya, ada
beberapa jenis plastik yaitu sebagai berikut :
- Polietena
(Polietilena)
Polietilena merupakan polimer plastik yang sifatnya ulet (liat), massa
jenis rendah, lentur, sukar rusak apabila lama dalam keadaan terbuka di udara
maupun apabila terkena tanah Lumpur, tetapi tidak tahan panas. Polietena adalah
plastik yang banyak diproduksi, dicetak lembaran untuk kantong plastik,
pembungkus halaman, ember, dsb.
- Polipropena
(Polipropilena)
Polipropena mempunyai sifat yang
sama dengan polietena. Oleh karena plastik ini juga banyak diproduksi, hanya
kekuatannya lebih besar dari polietena dan lebih tahan panas serta tahan
terhadap reaksi asam dan basa. Plastik ini juga digunakan untuk membuat botol
plastik, karung, bak air, tali, dan kanel listrik (insulator).
- PVC
(Polivinil Klorida)
PVC mempunyai sifat keras dan
kaku digunakan untuk membuat pipa plastik, pipa paralon, pipa kabel listrik,
kulit sintetis, dan ubin plastik.
- Teflon
(Tetrafluoroetena)
Teflon merupakan lapisan tipis yang
sangat tahan panas dan tahan terhadap bahan kimia. Teflon digunakan untuk
pelapis wajan (panic anti lengket), pelapis tangki di pabrik kimia, pipa anti
patah, dan kabel listrik.
- Bakelit
(Fenol Formaldehida)
Bakelit adalah suatu jenis polimer
yang dibuat dari dua jenis monomer, yaitu fenol dan formaldehida. Polimer ini
sangat keras, titik leburnya sangat tinggi dantahan api. Bakelit digunakan
untuk instalasi listrik dan alat-alat yang tahan suhu tinggi, misalnya asbak
dan fiting lampu listrik.
- Flexiglass
(Polimetil Metakrilat)
Polimetil Metakrilat disingkat PMMA
mempunyai nama dagang flexiglass. Polimetil metakrilat merupakan polimerisasi
adisi dari monomer metil metakrilat (H2C = CH-COOH3).
PMMA merupakan plastik yang kuat dan transparan. Polimer ini digunakan untuk
jendela pesawat terbang dan lampu belakang mobil.
C. Kegunaan
Polimer
Kegunaan polimer dalam
kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :
- Plastik
Polietilentereftalat (PET)
Plastik PET merupakan serat sintetik
poliester (dakron) yang transparan dengan daya tahan kuat, tahan terhadap asam,
kedap udara, fleksibel, dan tidak rapuh. Dalam hal penggunaannya, plastik PET
menempati urutan pertama. Penggunannya sekitar 72 % sebagai kemasan minuman
dengan kualitas yang baik. Plastik PET merupakan poliester yang dapat dicampur
dengan polimer alam seperti : sutera, wol dan katun untuk menghasilkan bahan
pakaian yang bersifat tahan lama dan mudah perawatannya.
- Plastik
Polietena/Polietilena (PE)
Terdapat dua jenis plastik PE, yaitu
Low Density Polyethylene (LDPE) dan High Density Polyethylene (HDPE). Plastik
LDPE banyak digunakan sebagai kantung plastik serta pembungkus makanan dan
barang.
Plastik HDPE banyak digunakan
sebagai bahan dasar membuat mainan anak-anak, pipa yang kuat, tangki korek api
gas, badan radio dan televisi, serta piringan hitam.
- Polivinil
Klorida (PVC)
Plastik PVC bersifat termoplastik
dengan daya tahan kuat. Plastik ini juga bersifat tahan serta kedap terhadap
minyak dan bahan organik. Ada dua tipe plastik PVC yaitu bentuk kaku dan bentuk
fleksibel.
Plastik bentuk kaku digunakan untuk
membuat konstruksi bangunan, mainan anak-anak, pipa PVC (paralon), meja,
lemari, piringan hitam, dan beberapa komponen mobil. Adapun plastik bentuk
fleksibel, jenis ini digunakan untuk membuat selang plastik dan isolasi
listrik.
Dalam hal penggunaannya, plastic PVC
menempati urutan ketiga dan sekitar 68 % digunakan untuk konstruksi bangunan
(pipa saluran air).
- Plastik
Nilon
Plastik nilon merupakan polimer
poliamida (proses pembentukannya seperti pembentukan protein). Plastik Nilon
ditemukan pada tahun 1934 oleh Wallace Carothers dari Du Pont Company. Ketika
itu, Carothers mereaksikan asam adipat dan heksametilendiamin. Plastik yang
bersifat sangat Kuat (tidak cepat rusak) dan halus ini banyak digunakan untuk
pakaian, peralatan kemah dan panjat tebing, peralatan rumah tangga serta
peralatan laboratorium.
- Karet
Sintetik
Karet Sintetik yang terkenal adalah
Styrene Butadiene Rubber (SBR), suatu polimer yang terbentuk dari reaksi
polemerisasi antara stirena dan 1,3-butadiena. Karet sintetik ini banyak
digunakan untuk membuat ban kendaraan karena memiliki kekuatan yang baik dan
tidak mengembang apabila terkena minyak atau bensin
- Wol
Wol adalah serat alami dari protein
hewani (keratin) yang tidak larut. Struktur protein wol yang lentur
menghasilkan kain dengan mutu yang baik, namun kadang-kadang menimbulkan
masalah karena dapat mengerut dalam pencucian. Oleh karena itu, wol dicampur
dengan PET untuk menghasilkan kain yang bermutu baik dan tidak mengerut pada
saat pencucian.
- Kapas
Kapas merupakan serat alami dari
bahan nabati (selulosa) yang paling banyak digunakan (hamper 50 % pemakaian
serat alami berasal dari kapas). Kain katun dibuat dari serat kapas dengan
perlakuan kimia sehingga menghasilkan kain yang kuat, enak dipakai, dan mudah
perawatannya.
0 komentar:
Posting Komentar